Banjaran (PBS) – Pesona wisata Gunung Puntang tidak
sekedar menyajikan sensasi indahnya alam
pegunungan dan hutan pinus. Lokasi ini juga menjadi saksi sejarah atas
peradaban manusia dari dua jaman, yakni jaman
kerajaan Siliwangi dan masa Hindia Belanda. Hal itu diperkuat dengan
adanya penemuan onggokan batu berprasasti dan stasiun pemancar
radio Malabar, yang merupakan stasiun radio terbesar pertama di Asia.
Puntang merupakan obyek wisata
sejarah yang berada di komplek Gunung Malabar pada ketinggian 1.300 dpl dengan
suhu antara 18-23 derajat Celciusini terletak di daerah
Ciamung, Kecamatan Banjaran, Kab.Bandung.
Untuk
mencapai lokasi wisata sejarah dan wana
gunung Puntang, terlebih dahulu harus melewati
kota kecamatan Banjaran yang arus lalinnya padat dan semrawut. Oleh karenanya
dibutuhkan kesabaran dalam mengemudikan kendaraan. Dari pusat kota kecamatan ini, dibutuhkan
waktu sekitar kurang lebih 1 jam perjalanan. Arah yang dituju adalah kearah
Pengalengan. Setibanya di daerah Cimaung, maka terdapat petunjuk jalan menuju
Gunung Puntang. Perjalanan juga dapat ditempuh melalui Soreang, apabila
kendaraan kita keluar dari gerbang Tol Kopo.
Untuk
saat ini akses jalan menuju lokasi sudah
terbilang cukup bagus dengan jalan aspal mulus. Namun, harus tetap konsentrasi
karena jalannya banyak tanjakan dan berliku, dan cukup pas-pasan untuk dua kendaraan berlawanan arah.
Pemandangan
alam disekitarnya yang indah dan udara yang sejuk, setidaknya akan membuat perjalanan terasa
mengasikkan. Terlebih dari jarak pandang di posisi arah menuju lokasi dapat
terlihat view kota Bandung dan
sekitarnya. Hanya sayang, sepanjang perjalanan tidak akan ditemui sebuah tempat
yang dapat berfungsi sebagai view point.
Kalaupun
ngotot ingin mendapatkan moment melihat
kota Bandung dari ketinggian, terpaksa
harus memarkirkan kendaraan di pinggir jalan yang sewaktu-waktu terganggu
dengan kendaraan lain yang akan melintas atau sebaliknya. Sehingga kita harus
sesegera mungkin harus melanjutkan perjalanan untuk sampai di gerbang masuk
objek wisata wana Gunung Puntang yang memiliki areal parkir cukup lumayan luas.
Tetapi bagi wisatawan yang menggunakan kendaraan roda dua akan lebih memiliki
waktu banyak berada di view point dan bebas memilih areal yang disukainya.
Setibanya
di lokasi wisata ini, terdapat dua gerbang masuk. Wisatawan diberikan dua opsi,
yang pertama adalah masuk di Taman Bugenvill dan yang kedua Wana Wisata Gunung
Puntang. Kali ini kita memilih Wana Wisata Gunung Puntang.
Di kawasan ini terdapat beberapa jenis tanaman hutan berupa, rumput jampang, alang-alang, kaso, kingkilaban, pakis, saliara, kirinyuh, kaliandra, puspa, saninten, jamuju, kihujan, flamboyan, bungur, sengan laut, kidamar, anggrek, dan tanaman lainnya.
Di kawasan ini terdapat beberapa jenis tanaman hutan berupa, rumput jampang, alang-alang, kaso, kingkilaban, pakis, saliara, kirinyuh, kaliandra, puspa, saninten, jamuju, kihujan, flamboyan, bungur, sengan laut, kidamar, anggrek, dan tanaman lainnya.
Umumnya, wisatawan mengunjungi Taman Wana Wisata
Gunung Puntang, melakukan berbagai kegiatan seperti lintas alam, berkemah, dan
mendaki gunung. Masih didalam kawasan ini, terdapat sebuah gua yang konon ditemukan
dan dimanfaatkan oleh Belanda pada tahun 1940 dan diduga ada hubungannya dengan
bangunan stasiun pemancar radio, dan gua tersebut menurut sejarah dahulu
dipakai tempat untuk penyimpanan komponen peralatan stasiun radio dan telepon.
Peninggalan Prabu Siliwangi
Gua tersebut
memiliki panjang sekitar 1 km dan terhubung menuju curug Siliwangi. Terdapat
mitos siapa yang bisa menyelusuri gua dan sampai ke curug Siliwangi, maka akan
mendapatkan ajimat dari peninggalan kerajaan Puntang. Menurut cerita rakyat
Pasundan, konon Prabu Siliwangi dalam masa pelariannya telah membuat sebuah
kerajaan di daerah itu dan diberi nama Negara Puntang.
Hal ini dibuktikan dengan
diketemukannya beberapa onggok batu besar yang diduga ada kaitannya dengan
sejarah Gunung Puntang (Negara Puntang). Oonggokan batu tersebut antara lain
batu Korsi, Batu kaca-kaca dan Batu Kompaan. Sampai saat ini belum ada
penelitian lebih jauh terhadap penemuan onggokan batu tersebut.
Stasiun
Radio Malabar Tinggal Kenangan
Pada jaman
pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa pada saat itu kawasan Gunung Puntang
pernah didirikan stasiun pemancar radio Malabar yang dibangun pada 1917-1929,
sampai saat ini puing-puing bekas peninggalannya masih dapat ditemui sebagai
saksi sejarah.
Selain stasiun
pemancar di lokasi ini banyak dibangun bangunan lain yang dijadikan komplek
perkantoran dan rumah dinas. Pada areal itu terdapat sebuah kolam yang
diberi nama Kolam Cinta, karena bentuk kolam tersebut berbentuk lambang cinta. Untuk
kebutuhan energi listrik dibangun pula pembangkit listrik pada tahun 1919
seperti Lamajan dan Plengan di kawasan Pangalengan Kab.Bandung.
Komplek stasiun
pemancar radio Malabar ini sudah lama hancur yang ada tinggal puing-puing dan
belum diketahui siapa dan tahun berapa kantor pemancar radio Malabar ini dihancurkan
dan oleh siapa yang pasti kawasan ini banyak peninggalan sejarah yang belum
tergali dengan benar.
Di daerah Bandung
Selatan sejarah teknologi radio atau radio gelombang pendek lahir dan telah
menghubungkan dua negara dari dua benua dengan dibangunnya stasiun Malabar yang
dikenal pada masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang tepatnya di Gunung
Puntang yang masuk kawasan kaki Gunung Malabar.
Kondisi bangunan
tersebut saat ini sudah tidak utuh lagi dan hanya tinggal reruntuhannya dan
pada tahun 1923 area ini merupakan lokasi yang sangat terkenal di dunia karena
terdapat stasiun pemancar radio Malabar yang dirintis Dr.de Groot yaitu sebuah
pemancar radio yang sangat fenomenal karena antena yang digunakan memiliki
panjang 2 km, terbentang diantara gunung Malabar dan Halimun dengan ketinggian
dari dasar lembah mencapai 500 meter.
Pada bagian dasar
lembah, dulu terdapat bangunan yang cukup besar yang befungsi sebagai stasiun
pemancar guna mendukung komunikasi ke negeri Belanda yang berjarak 12.000 km
dari Indonesia.
Nah, luar biasa bukan?
Sebagai penutup perjalanan, maka tidak ada salahnya jika Anda mengunjungi Wana
Wisata sejarah. Sebagai oleh-oleh untuk teman-teman, Anda bisa membeli
rengginan, kue balok, ketan goreng dengan sambal oncomnya, yang merupakan
makanan khas lokal daerah ini. Selamat berkunjung! (etw/dbs)
http://kecamatanbanjaran.blogspot.com
TICKET
Tiket Masuk Orang : Rp.4.000,-/orang + Asuransi
Tiket Camping/bermalam : Rp.5.000,-/orang
Tiket Kendaraan R-2 : Rp.2.000,-/motor
Tiket Kendaraan R-4 : Rp.5.000,-/mobil
Tiket Kendaraan R-6 : Rp.10.000,-/bus
Tiket Masuk Orang : Rp.4.000,-/orang + Asuransi
Tiket Camping/bermalam : Rp.5.000,-/orang
Tiket Kendaraan R-2 : Rp.2.000,-/motor
Tiket Kendaraan R-4 : Rp.5.000,-/mobil
Tiket Kendaraan R-6 : Rp.10.000,-/bus
PONDOK TRADISIONAL
Fasilitas : 1 kmr tidur, Kapasitas : 2 orang ; Jumlah pondok : 4 unit
Harga : Rp.150.000,- (weekday) ; Rp.200.000,- (weekend)
Harga : Rp.150.000,- (weekday) ; Rp.200.000,- (weekend)
Puntang Tour : 2 hari 1 malam (Min.20 Orang)
Prize : Rp.175.000,-/org
Fasilitas :
· Traditional Cottages
· Tiket
· Makan 3 kali (box), snack 2 kali
· Wisata Ubi Arnet
· Jungle Track (Air Terjun + Gua Belanda)
· Flying Fox
· Renang
Prize : Rp.175.000,-/org
Fasilitas :
· Traditional Cottages
· Tiket
· Makan 3 kali (box), snack 2 kali
· Wisata Ubi Arnet
· Jungle Track (Air Terjun + Gua Belanda)
· Flying Fox
· Renang
ansuransi
Siliwangi Water
Fall Trip : 1 hari (min.20 org)
Prize : Rp. 75.000,-/org
Fasilitas :
• Tiket
• Makan 1 kali (box), snack 1 kali
• Jungle Track (Air Terjun + Gua Belanda)
• Flying Fox
• Renang
- Asuransi
Prize : Rp. 75.000,-/org
Fasilitas :
• Tiket
• Makan 1 kali (box), snack 1 kali
• Jungle Track (Air Terjun + Gua Belanda)
• Flying Fox
• Renang
- Asuransi