seni/budaya


  • Benjang
Benjang adalah salah satu beragamnya seni pertunjukan yang bersal dari Kabupaten Bandung yang awalnya sebagai ketangkasan para jawara yang berkembang menjadi seni pertunjukan yang didalamnya terdapat unsur-unsur penunjang dalam pertujukan diantaranya adanya pemain yang tidak terbatas jumlahnya unsur musik sebagai pengiringnya diantaranya musik terebang, terompet, kendang dan kecrek. adanya pasangan dalam permainan benjang sebagai lawan bertanding dimana wasit sebagai pengatur pertandingan untuk menentukan siapa kalah dan menang yang bergantung pada kekuatan si pemain tersebut lapangan yang diberi batas sebagaimana apabila pemain ke luar garis batas tersebut dinyatakan kalah.

Benjang yang muncul pada tahun 1975 an di daerah Cinunuk menyebar samapi daerah Ujungberung memunculkan grup-grup benjang diantaranya dari kecamatan Cilengkrang grup mekar sari desa Giri Mekar, aneka warna Desa Cikalamiring , gelar putra Desa Jati Endah , mekar budaya Desa Cipareat. 

Menurut keterangan masyarakat Cinunuk yang pada saat itu masyarakat Cinunuk bermata pencaharian dari sawah dan palawija sering mengadakan syukuran sebagai hiburan menanggap kesenian seperti penca silat, reog, tanji sebagai prakarsa Mas Hasadikarta beliau mengundang para jawara silat untuk menunjukan kebolehannya . Benjang yang awalnya  dilakukan oleh para buruh pabrik di lingkungan Cinunuk bermula dari permainan saling mendorong menggunakan halu ( bermula dari permainan dogong yang mempergunakan alat penumbuk padi ), yang berkembang menjadi permainan mengadu pundak saling berhadapan dengan lawan .
    
Perkembangan selanjutnya menjadi saling genjang dimana permainannya pemain memegang pinggang kemudian saling membanting bagi yang berhasil membanting lawan dan saling menindih lawannya dinyatakan menang  pada tahap selanjutnya pertunjukan benjang dilengkapi dengan kuda lumping, dodombaan, seseroan dimana para pemainnya menjadi kesurupan. Gerak tari dalam benjang diantaranya gerak langkahan, gerak dorongan, gerak piting, gerak gitik. Pertunjukan kesenian tersebut biasanya diadakan pada hari besar seperti 17 Agustus , khitanan, perkawinan dll. Kostum yang dipakai biasanya baju bebas dan ikat kepala pemain musiknya biasanya memakai celana pangsi dan baju kampret. sumber : www.bandungkab.go.id
  • Wayang Golek
Dalam catatan sejarah kemunculan wayang golek semasa Kerajaan Pajajaran ada dua fungsi yaitu 
1. untuk upacara ritual yaitu untuk ruwatan
2. untuk hiburan 
Wayang golek untuk ruwatan dipakai pada ruwatan rumah, anak, nanggung bugang ( seorang adik yang kakaknya meninggal dunia ), surambi ( 4 orang putra), pandawa lima ( 5 putra ), pandawi ( 5 putri ), talaga tanggal kausak ( seorang putra diapit 2 putri ) samudra hapit sindang ( seorang putri diapit 2 putra ) yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat yang mempercayainya.
    wayang Golek untuk hiburan dipergunakan untuk upacara dan perayaan khusus seperti khitanan, perkawinan, perayaan karawitan , hari jadi , hari-hari besar dan penyambutan tamu- tamu negara. wayang golek yang dikenal kita dalah wayang golek purwa , wayangnya terbuat dari kayu menyerupai bentuk manusia yang disebut golek oleh karna itu disebut wayang golek. Ada 2 macam wayang golek di tatar Sunda : wayang golek papak( cepak ) / wayang golek menak dan wayang golek purwa . wayang golek adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer  di masyarakat . lakon- lakon wayang golek memiliki lakon galur dan carangan yang semuanya bersumber dari cerita ramayana dan Mahabrata. Pembawa cerita disebut Dalang sekaligus pemimpin pertunjukan menyuarakan  anatwacana , mengatur gamelan, mengatur lagu dll. wayang golek purwa memakai bahasa Sunda , karawitan pengiringnya berlaras salendro yang terdiri dari waditra dua saron , satu peking, satu salentem, satu bonang, satu rincik, satu perangkat kenong, sepasang goong * kempul goong ) dan seperangkat kendang ( satu indung 3 kulanter ) , gambang, rebab, wira suara ( juru alok ), sinden . Kemunculan sinden dalam wayang golek sekitar tahun1920an pada sekitar tahun 1960an yang terkenal diantaranya adalah Upit sarimanah, Titom Patimah sedangkan dalang yang terkenal diantaranya : R.U . Partasuanda, Abah sunarya, Entah Tiryana, Apek Tarkim, Asep Sunandar Sunarya, ade Kosasih, Dede Amung, Cecep Supriyadi dll. Pertunjukan Wayang golek biasanya ditempat terbuka dengan memakai panggung yang ditinggikan ( balandongan )  sehingga penonton dapat melihat satu arah dan berkonsentrasi pada pertunjukannya. 

  • Jaipongan
Kemunculan tari jaipongan 1980 an yang lahir dari kekreatifitasan para seniman Bandung yang dikenal dengan Gugum Gumbira , pada awalnya tarian tersebut pengembangan dari ketuk tilu apabila dilihat dari perkembangannya dan dasar koreografernya. Kata jaipong bersal dari masyarakat Karawang  yang bersal dari bunyi kendang sebagai iringan tari rakyat yang menurut mereka berbunyi jaipong yang secara onomotofe . tepak kendang tersebut sebagai iringan tari pergaulan dalam kesenian banjidoran yang berasal dari Subang dan Karawang yang akhirnya menjadi populer dengan istilah jaipongan.
    Karya jaipongan pertama yang diciptakan oleh Gugum Gumbira adalah tari daun pulus keser bojong dan tari Raden Bojong yang berpasangan putra- putri. Tarian tersebut sangat digemari dan populer di seluruh Jawa Barat termasuk Kabupaten Bandung karya lain yang diciptakan oleh Gugum diantaranya toka-toka, setra sari, sonteng, pencug, kuntul mangut, iring-iring daun puring , rawayan, kaum anten dll. juga para penari yang populer diantaranya seperti Iceu Efendi, Yumiati Mandiri, Mimin Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Diar, Asep Safat.
    Daya tarik tarian tersebut bagi kaum muda selain gerak dari tari yang dinamis dan tabuhan kendang membawa mereka untuk menggerakan tubuhnya untuk menari sehingga tari jaipongan sebagai salah satu identitas kesenian Jawa Barat yang oadasetiap tampil pada acara- acara khusus dan besar samapai kenegaraan. Pengaruh tarian jaipongan merambah sampai Jawa Tengan dan Timur , Bali bahkan Sumatra yang dikembangkan para seniman luar Jawa Barat.
    Penari jaipongan terdiri dari Tunggal, rampak / kolosal
a. rampak sejenis
b. Rampak berpasangan
c. Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
d. Berpasangan laki- laki / perempuan
    Karawitan jaipongan terdiri dari karawitan sederhana yang biasa digunakan pertunjukan ketuk tilu yaitu
  1. kendang
  2. ketuk
  3. rebab
  4. goong
  5. kecrek
  6. sinden 
    Untuk karawitan lengkap memakai gamelan yang biasa dipakai pada karawitan wayang golek seperti
  1. kendang
  2. sarin I, II
  3. bonang
  4. rincik
  5. demung
  6. rebab
  7. kecrek
  8. sinden
  9. goong
  10. juru alok
   tata busana tari jaipongan untuk kreasi baru biasanya berbeda dengan busana ketuk tilu untuk yang kreasi  biasanya lebih glamor dengan tetap memakai pola tradisionalseperti sinjang / celana panjang , kebaya / apok yang busananya lebih banyak ornamen sehingga terlihat megah tetapi lebih bebas bergerak . Seiring dengan perkembangan jaman dan tarian tersebut tari jaipongan banyak ditampilkan pada arena terbuka secara kolosal juga tampil di Hotel  berbintang dan penyambutan tamu- tamu asing dari berbagai belahan dunia.

  • Ketuk Tilu
Dikalangn rakyat pada waktu itu dikenal ketuk tilu yang dalam sejarahnya adalah kesenian yang berfungsi sebagai upacara menyambut panen padi yang merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Dewi Sri ( dewi padi ) upacara dilakukan pada malam hari yang mengarak seorang gadis sebagai lambang dewi sri dengan diiringi bunyi- bunyian dan arak- arakan yang berhenti pada suatu tempat biasanya di lapangan / tempat yang luas dimana gadis akan duduk di bambu dekat oncor ( lampu minyak tanah). Ketuk tilu merupakan perkembangan dari skanisme yang pada masa itu masyarakat menganut paham animisme dan dinamisme. Nama ketuk tilu diambil dari alat musik  pengiringnya yaitu 3 buah ketuk ( bonang ) sebagai pemberi pola irama rebab sebagai memainkan lagu , kendang indung ( besar ) dan kulanter ( kecil ) untuk mengatur dinamika tari/ kendang yang didampingi kecrek sebagai pengiring irama dan gong pemberi batas - batas kalimat lagu.dalam perkembangannya tarian tersebut menjadi tarian pergaulan di mana pria dan wanita menari berpasangan  diman penari wanita disebut ronggeng.

Bentuk pertunjukan ketuk tilu terdapat beberapa jenis tarian yang sesuai dengan lagu pengiringnya penyajian tarian tersebut diawali dengan tatalu- arang-arang fungsinya untuk membuka dan menutup peralihan lagu dan istirahat, tatalu berfungsi juga sebagai pengumpul penonton / tanggara bahwa ada pertunjukan ketuk tilu selanjutnya ronggeng memasuki areena panggung dengan mengawali gerak jajangkungan kemudian wawyangan dimana ronggeng menyanyi dan menari , dengan munculnya ronggeng lulugu kemudian diikuti oleh ronggeng pangberep sebagai primadonanya sebelum nya diperdengarkan lagu kidung kembang gadung lagu tersebut sebagai persembahan untuk karuhun agar kita diberi keselamatan dalam pertunjukan tersebut . Sebelum menari ( laki dan wanita) bersama biasanya diawali dengan ibing tunggal / ibing jago terdiri dari 3 lagu diantaranya lagu Cikeruhan , Cijagran, dan mamang. di daerah kaleran disebut ewag . mengahiri tarian pamogoran dengan tari oray- orayan dan diiringi lagu ucing- ucingan.

Gerak tari ketuk tilu diantaranya goyang , pencak, muncid, gitek dan geol ditambah dengan gerak sehari-hari (spontaniatas) , cingeus . nama gerak ketuk tilu antara lain depog/ ewag, ban karet, bajing luncat, bongbang, meulit kacang , oray -orayan, kalawit , jerete, torondol, balik bandung, balungbang, dll. lagu-lagu yang digunakan adalah lagu kidung, erang, kagok, kaji-kaji, polontosmo, golektrak, tunggul kawung, sorong dll. Kostum yang dipakai menggunakan kebaya / apok, sinanjang sabuk dan asesoris seperti gelang dan kalung warna pakaian biasanya yang mencolok . Untuk laki- laki baju kampret, celana pangsi , ikat kepala , sabuk kulit , golok sebagai lambang kejantanan biasanya para jawara memakai gelang bahar dan warna baju gelap. sumber : www.bandungkab.go.id
  • Bedawang
Seni badawang merupakan suatu kesenian yang berhubungan dengan kepercayaan Agama asli Indonesia yang didalamnya terdapat lambing seni , bentuk seni , isi seni,pengalaman seni mereka yang pada dasarnya terkandung makna bersifat mistis itu dapat dilihat dari bentuk dan gambaran dari badawang yang merupakan gambaran tradisis totemistik masyarakat agama asli Indonesia walaupun dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam bentuk yang lebih lucu / kocak. Di tatar Sunda keberadaan Badawang / memeniran karena dilihat dari bentuk yang besar dan tinggi dilambangkan dengan manusia yang tubuhnya besar dan tinggi ( identik dengan orang Barat yang dalam hal ini orang Belanda ) diambil dari kata meneer ( tuan dalam bahasa Belanda) .    

Hampir sama dengan ondel ondel yang di Jakarta di Kabupaten Bandung masih ditampilakan  pada perayaan khitanan, perayaan hari besar seperti 17 Agustus , untuk menyambut pejabat dll. Di Kabupaten Bandung khususnya badawang diambil dari profil dari para pewayangan seperti Semar, cepot, dawala, gareng ditambah tokoh- tokoh bangsawan jaman dahulutokoh asing dan tokoh para pejuang tempo dulu.

Musik pengiring untuk badawang biasanya memperguanakan jenis musik yang mudah dibawa seperti kesdang, goong, bedug, terompet, dog-dog. seperti daerah Cileunyi alat musik pengiringnya mengambil dari iringan penca silat yaitu padungdung, golempang, jenis lagunya terkadang mengambil lagu- lagu kliningan , dangdut. Di daerah Rancaekek badawang biasanya ditampilkan dengan Benjang yang dilengkapi oleh heleran ( kesenian yang dipakai untuk arak arakan ) kostum pemusik ada yang memperguanakan kostum penca silat dll 

  • Tari Keurseus
Dari Ibing Tayub berubah menjadi Ibing Keurseus,seorang pelopornya adalah kerabat Kabupaten Sumedang yaitu R.Gandakusumah yang di kenal dengan Aom Doyot, yang pada waktu itu menjadi Camat Leuwiliang,Bogor, salah satu penganut gaya Aom Doyot adalah R.Sambas Wira kusumah,yang juga masih kerabat Kabupaten Sumedang.Baik susunan maupun patokannya lebih di tingkatkan lagi oleh R.Sambas Wirakusumah, sehingga lebih mudah untuk di sebar luaskan, oleh karena itu muncullah tari Keurseus.Tari Keurseus disususn oleh R. Sambas Wirakosoemah diajarkan di Cursukan di sekolah-sekolah menak ( sekolah kaum priyai) karena seorang pejabat dituntut untuk bisa menari
    tarian keurseus mempunyai tingkat -tingkat dengan embat (tempo) masing-masing : lelenyepan ( lenyep/ liyep )bertempo sedang dengan karakter tari ladak / lanyap ( tangkas/ lincah) Monggawa bertempo gancang ( cepat) dengan karakter  gagah dan kuat dan ngalana berte,po gancang ( sangat cepat ) dengan karakter gagah dan kuat. Tingkatan tersebut berhubungan dengan watak gerak dan lagu /musik tari gerakan tersebut mempunyai nama yaitu gerak adeg-adeg, sembahan,, sila mando, sellut, baplang, gendut,jangkung ilo, gedig, minced layer, tindak tilu, langkah 4 engkeg gigir dlll.gamelan yang dipakai ialah gamelan pelog/ salendro dengan sinden. Pakaian tari keurseus sama dengan tari tayub ialah pakaian menak pd masa itu yaitu pakaian dengan model takwa tutup, parangwadana / jas buka. Sinjang yg dipakai sinjang motif terbuat dari kain batik yang ada di priangan / Cirebon dan tutup kepala model ikat lohen ( polontosan ) / bendo citak yang dihiasi bros , keris biasanya diselipkan di pinggang bagian belakang solder ( selendang ) diselipkan antara keris dan banten ( sabuk ) 
    tari keurseus mempunyai ciri khas sehingga sebagai bahan pengembangan tari-tari Sunda yang berpola tradisi 
     
  • Tari Tayuban
Di Priangan diperoleh keterangan bahwa Tayuban sampai abad ke 20 popularitasnya cukup tinggi , data tertulis mengenai popularitas Tayuban muncul pada masa Bupati Sumedang ke 18 yaitu pangeran Kusuma Adinata ( 1836-1882) di Kabupaten Bandung sendiri tari Tayub sangat digemari pada Pemerintahan Bupati R.A.A .Martanegara (1893-1919) kemudian R.A.A . Wiranatakusumah yang juga sangat menggemari tari tayub.

Gerak tarian pada Tayub  menari menurut keterampilan para penarinya masing-masing denga istilah gerak bebas asal sesuai dengan irama gamelan yang mengiringinya biasanya susunannya tidak menetap karena struktur koeografinya ( susunan gerak tari ) ibing tayub mempunyai patokan gerak- gerak seperti bukaan / adeg-adeg, jangkung Iilo , aced, mincid, keupat, engkek gigir, galayar dan baksaan. sumber : www.bandungkab.go.id 

  • Jenaka Sunda
Jenaka Sunda/ Kecapi jenaka yang dikenal pemainnya adalah Mang Utun dan Mang ukok yang nama salinya Mang Udju lahir thn 1931 di Ciwaru Lebak Wangi Banjaran Kab Bandung . Mang Dekok yang nama aslinya Dayat Hidayat yang menjadi pasangannya. Jenaka Sunda merupakan seni pertunjukan yang menyajikan lagu- lagu jenaka diiringi petikan kecapi dengan irama bebas (ajeg) jenaka sunda mempergunakan waditrakecapi siter biasanya ditampilkan oleh seorang / 2 orang pemain . 

Penampilan jenaka sunda penampilannya komunikatif dengan penonton suasana penuh kegembiraan dengan lagu-lagu humor dengan penampilan mimic yang lucu dari para pemainnya sehingga para penonton tertawa . Jenaka Sunda pada tahun 1994-1997 sering dipertunjukan pada acara- acara pembukaan MTQ .

Jenaka Sunda dikembangkan lebih banyak pada fariasi- fariasi dalam komposisi lagunya dari segi humornya muncul lagu- lagu yang dibuat kelompok tersebut sehingga lebih berfariatip dengan penambahan alat musiknya seperti kendang, angklung, suling jenaka gaya kanca panglima pada saat ini mulai digemari di masyarakat bahkan jenaka kanca panglima muncul di layar kaca sebagai media penyuluhan kepada masyarakat tentang berbagai kehidupan sosial , dalam perkembangannya tidak hanya sebagai media hiburan tetapi penyuluhan terhadap masyarakat dari mulai hukum, seni budaya, kenakalan remaja dan masalah- masalah yang berkaitan dengan fenomena masyarakat sekarang ini yang ditampilkan dengan bentuk lagu yang digarap dalam sebuah komposisi musik kecapi dan Vokal. sumber : www.bandungkab.go.id 

  • Calung
Calung yang hidup dan dikenal masyarakat sekarang merupakan prototipe dari angklung yang cara menabuhnya berbeda dengan angklung , cara menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang ( wilahan ) dari ruas-ruas atau tabung bambu yang tersususn menurut titi laras ( tangga Nada ) penta tonik ( da mi na ti la da ) 
    Ada dua bentuk calung Sunda yaitu calung rantay dan calung Jinjing waditra calung jinjing terbuat dari bahan bambu hitam ( awi hideung) dan seperangkat calung jinjing yang digunakan da;lam pertunjukan biasa bertangga nada Salendro ( bertangga nada Pelog ) serta Madenda ( nyorog ) wadrita calung jinjing merupakan perkembangan dari bentuk calung Rantai/ calung Gambang , calung dalam bentuk ini sudah merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan .
    calung jinjing berasal dari bentuk dasar calung rantay ini telah dibuat dalam empat bagian bentuk wadrita yang terpisah , keempat buah wadrita terpisah ini memainkan dengan cara dijinjing oleh empat pemain dan masing-masing memegang calung dalam fungsi berbeda . Wadrita calung terdiri dari 1 Kingking, 2 Panepas, 3 jongong, 4 gonggong sedangkan calung kingking jumlahnya limabelas nada / oktaf dala nada yang paling kecil ( teringgi )
    Calung Panepas jumlahnya lima potong untuk lima nada (1Oktaf) nadanya merupakan sambungan nada terendah calung kingking dan dari lima nada tersebut ada yang yang dibagi dua ada yang digorok ( disatukan jongjong seperti halnya panepas yang berbeda hanya nadanya yang lebih rendah dari panepas ) nada panepas bentuknya selalu tinggi dibagi dua yaitu 3 potong untuk nada berturut-turut dari yang tinggi , dua potong untuk dua nada lanjutan 
    Calung Gonggong merupakan calung yang paling besar jumlahnya hanya  dua bumbung yang disatukan keduanya dalam nada rendah diantara keseluruhan calung . Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal adalah calung jinjing .
    Calung yang perkembangannya lebih mengarah pada kecalung dangdut  ( caldut) lagu maupun musiknya ditambah drum, gitar, keybord dan memakai tata lampu untuk pertunjukannya. Di Kabupaten Bandung yang  tercatat   di Dinas Kebudayaahn dan Parawisata tersebar di Kecamatan maupun di desa-desa kurang lebih 40 group diantaranya Marahmay, Oces, Cinde agung, Sinar Pasundan, Mitra Siliwangi, Calawak Group, Mekar wangi, Gentra Priangan, Dangdiang, sariak layung dll. sumber : www.bandungkab.go.id klik disini
  • Angklung
Anglkung menurut mitologi Bali berasal dari kata  "Angk" adalah angka  (=  nada ) dan Lung artinya patah/ hilang . Angklung dapat juga dikatakan nada / laras yang tidak lengkap  sesuai dengan istilah Cumang Kirang ( Bahasa Bali ) yang artinya nada kurang / surupan 4 nada .
    
Terciptanya alat musik angklung yang terbuat dari bambu berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan kehidupan yang bersumber pada makanan pokok berupa padi ( pare ) ini dilahirkan dari mitos pada Nji Sri  Pohaci sebagai Dewi Sri pemberi kehidupan ( hirup hurip )  perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengelola Pertanian (tetaten) terutama pertanian sawah dan ladang ( huma ) telah melahirkan syair lagu sebagai penghormatan dan persembahan kepada Nyi Sri Pohaci dan sebagai tolak bala agar bercocok tanam mereka tidak mendatangkan malapetaka .
    
Dalam perkembangannya lagu-lagu tersebut diiringi dengan bunyi tetabuhan yang terbuat dari batang-batang bambu yang dibuat sederhana  yang kemudian kita kenal dengan nama angklung dan calung
    
Dibeberapa Kecamatan Kab Bandung seperti Kecamatan Soreang dan Kecamatan Pangalengan jenis kesenian ini dipergunakan untuk arak-arakan upacara adat Nyungkruk Hulu Wotan  ( menyelusuri hulu sungai ) dimana masyarakat membawa angklung dan dog-dog pergi ke hulu sungai membawa makanan seperti nasi tumpeng, lauk pauk serta membawa sesajen untuk upacara tersebut . Setelah sampai ke hulu sungai diadakan upacara lengkap dengan sesajen dan dupa dan berdoa kepada nenek moyangnya sambil menyembelih kambing hitam sebagai tumbal dan kepala kambing dikubur bersama sesajen dengan dipimpin oleh sesepuh kampung setelah makan bersama maka pulang sambil membunyikan angklung. sumberwww.bandungkab.go.id


Angklung yang ada di Kabupaten Bandung terdiri dari 9 yaitu
  1. Singgul
  2. Jongjorang
  3. Ambrug
  4. Ambrug Penerus 
  5. Pancer
  6. Pancer Penerus
  7. Engklong
  8. Roel
Jenis Angklung yang ada di Jawa Barat  adalah sebagai berikut
  1. Angklung Baduy
  2. Angklung Dogdog Lojor 
  3. Angklung Gubrag
  4. Angklung Badeng
  5. Angklung Buncis
  6. Angklung Bungko
  7. Angklung Soetigna
  • Longser
Longser dalah salahsatu jenis teater rakyat tatar Sunda yang hidup di daerah Priangan tepatnya di Bandung Selatan tepatnya di daerah Ranca Manyar Kecamatan Pameungpeuk. Tokoh yang dikenal pada jaman nya ialah Ateng Japar,yang dari kecil ia menggarap Longser,setelah generasi Bang Tilil,Bang Tawes. 

Longser mengalami puncak kejayaan dalam kurun waktu 1920-1960 yang dikenal ialah Longser Bang Tilil,tumbuh kelompok-kelompok Longser seperti Bang Soang,Bang Timbel,Bang Cineur (dari Ciamis). Menurut Kirata Longser Long ( melong) dan ser ( rsa / gairah seksual ) . Kelompok terkenal asal daerah kab Bandung adalah kelompok ateng Japar dengan Pancawarnanya menguasai daeah kab Bdg seperti daerah Pangalengan , Banjaran , Soreang dll
    sruktur Longser biasanya terdiri dari :
  1. Tatalu dengan lagu Gonjing sebagai bewara bahwa pertunjukan Longser
  2. Kidung sebagai bubuka yang dianggap memiliki kekuatan magis untuk upaya pertunjukan lancar juga disisi lain kidung dipakai lagu persembahan pada arwah nenek moyang kidung biasanya dinyanyikan oleh ronggeng yang perkembangannya dinyanyikan oleh Sinden 
  3. Munculnya penari-penari yang diawali dgn wawayangan ( tarian perkenalan para ronggeng dengan memperkenalkan para penari dgn julukan seperti si Batresi Oray, Si Asoy,si Geboy. goyang pinggul diistilahkan dengan eplok cendol , tari yg dibawakan adalah ketuk tilu / Cikeruhan 
  4. Penampilan bobodoran dengan musik dan tarian biasanya bodor menirukan tarian ronggeng / kata-kata sehingga penonton tertawa
  5. Puncak pertunjukan Longser memainkan sebuah lakon yang diambil dari  kehidupan seharian seperti perkawinan, pertengkaran, perceraian . 
Musik longser sebelum berkembang terdiri dar :
  1. kendang
  2. Terompet
  3. rebab
  4. Saron
  5. Goong
  6. Kecrek    
Perkembangan selanjutnya menjadi lebih lengkap yaitu
  1. Kendang
  2. Bonang
  3. rebab
  4. Rincik
  5. Gambang
  6. Saron I dan saron II
  7. Kecrek
  8. Jengklong
  9. Goong
  10. Ketuk  
yang kesemuanya berlaras Salendro
    
Busana yang dipakai sederhana tapi mencolk dari segi warnanya terutama busan ayang dipakai oleh ronggeng biasanya memakai kebaya dan samping batik . Untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala . Dalam perkembangannya Longser dikemas menjadi bentuk Longser moderen dengan memakai naskah dan tidak menggunakan setting oncor / memakai pengiring karawitan tetapi lebih kepada perkembangan konsepnya yang diambil dengan garapan baru . 

  • Seni Terebang
Menyebaran agama Islam di Jawa Barat  yang dibawa para Wali  berkembang seiring dengan berkembangnya bentuk seni Islam terdiri dari seni vokal dan tari , seni drama/ teater, kaligrafi dan arsitektur Islam. Alkulturasi budaya Islam dengan budaya Hindu dan animisme menghasilkan beberapa bentuk seni pertunjukan yang khas . seni musik Islami di Indonesia ialah permainan rebana / terebangyang tersebar di seluruh Indonesia . Seni vokal biasanya dimasukan ke seni musik karena lagu-lagu pujian yang dilantunkan sering diiringi musik / lagu-lagu yang dinyanyikan untuk menyebarkan Agama Islam yang diambil dari Kitab Berjanji.

Kesenian Terbang tumbuh dilingkungan Masyarakat dan lingkungan masyarakat dan diakui sebagai kesenian Rakyat kesenian rakyat , kesenian terebang disebut juga dengan Terebang Gede , Terebang gebes, terebang ageung dll di Kab Bandung tepatnya di Desa Karang Kecamtan Pasehmsyarakat masih mengadakan upacara untuk menghindari malapetaka dengan mengadakan kesenian terebang yang khas dan unik yang diturunkan dari generasi ke generasi .

Dengan bergesernya   kesenian terebang  menjadi hiburan yang lebih luas maka kesenian tersebut mengalami perubahan alat musik dan lagu-lagu nya, penambahan alat musik seperti kendang , terompet, goong bahkan alat musik moderen seperti organ dan gitar lagu yang asalnya bernafaskan Islam bergeser menjadi lagu rakyat seperti lagu botol kecap , tepang sono , buah kawung , ayun ambing , kukupu hiber dll juga menjadi lagu npop Sunda seperti lagu botol kecap dll  

Gerak tari dalam kesenian terebang buhun diantaranya mengambil gerak-gerak pencak silat dan gerak keseharian  . kostum terebang buhun memakai  celana pangsi , baju kampret, iket bentuk bebas. nama alat musik kesenian terebang di setiap daerah berbeda seperti daerah Paseh Majalaya terebang paling besar terebang brung , terebang yang ke 2 disebut terebang Kempring terebang ke 3 disebut terebang prok terebang ke 4 disebut terebang gembrung.

lagu - lagu dalam terebang diantaranyari pupujian  yang bersumber dari AL QURAn seperti :
  •  Shalawat nabi
  • Asalamu
  • Yakaphi
  • Abi Bakri
  • Ya Nabi
  • Wulidan 

Di Kab Bandung seni terebang tersebar melalui pesantren  dan di luar Pesantren berjumlah kira - kira 20 grup yang ada di Kecamatan dan Desa dintaranya grup pusaka Sawargi , Al Huda, Gentra Pusaka Iswani Sekar, Sari Mekar dll.Perkembangan seni terebang yang ada sekarang biasanya diselingi dengan acara Debus. sumber : www.bandungkab.go.id klik disini
  • Rengkong
Dalam kaitan sejarahmya hasil panen di masyarakat Sunda pada waktu itu belum ada alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi ke lumbung ataupun rumahmenggunakan alat pikul yang terbuat dari bambu angguk ( pikulan yang terbuat dari bambu yang ujungnya dibuat lekukan-lekukan yang melingkar digunakan untuk letak tali pemikul ( salang ) . Apabila orang yang memikul berjalan atau bergerak maka lekukan angguk dengan tali tersebut akan terjadi pergesekan sehingga menimbulkan suara dari gesekan tersebut , kesenian ini disebut dengan seni renggong .

Kesenian ini biasanya digunakan untuk perayaan khitanan, perkawinan dan peringatan hari besar lainnya bersamaan dengan Jampana/ Dongdang sebagai kesenian helaran . Alat musik tambahan seperti hatong ( alat musik tiup / aerophone ) yang terbuat dari bambu, besi, kayu/ perunggu.

Bermacam hatong diantaranya hatong Ijen (honghong ) yang beruas satu hatong sekaran yang mempunyai dua ruasdan hatong pangjak yang mempunyai 3 ruas dan ditambah dengan alat musik taleot yang dibuat dari tanah liat dengan bentuk mamanukan/ surilitan.

Alat musik ini terdapat di daerah Banjaran LSB/ SMB pimpinan mama Sukama (alm) , Rangkong yang ada di daerah Cikondang kab Bandung fungsinya sama yaitu alat untuk mengangkut padi dengan cara dipikul sedangkan perbedaanya dengan daerah lain yaitu dipikul oleh dua orang dengan mengandalkan kekompakan berjalan dan menggoyang rengkong. sumber : www.bandungkab.go.id klik disini 
  • Calung

  • Beluk
Kesenian beluk  banyak terdapat di daerah pegunungan Kabupaten Bandung dan Daerah Kabupaten lainnya yang artinya sora dieluk-eluk. Seorang pemain beluk harus kuat dalam memainkan suara keras panjang . Beluk dapat juga disebut Macapat / membaca cepat -cepat / membaca bari ngajepat ( membaca sambil terlentang) nenek moyang kita menyimbolkan badan manusia terdiri 4 zat Aip, api, Angin, tanah yang kesemuanya pemberian Tuhan yang harus dipelihara . 

Macapat biasanya dipergunakan dalam acara 40 bayi lahir mengadakan syukuran kepada Tuhan YME dan diselenggarakan malam hari, Beluk diambil dari pupuh yang 17 diantaranya : Kinanti, Sinom, Asmarandana, Dangdanggula KSAD, ceritanya bersumber pada naskah Wawacan yaitu : wawacan, Ogin,wawacan Ahmad Muhamad, Ali Muhtar, Angling darama, Arjuna Sastrabahu, Damar wulan, Danu Maya, Dewa Ruci,Ekalaya, Gandamanah, Rangga Pulung, Panji wulung, Sangkuriang, Sulanjana, surya Ningrat, Udayana Walang sangsang dll.

Pertunjukan Beluk dilakukan oleh 4 orang atau lebih,satu orang bertugas sebagai pembaca kalimat-kalimat dari wawacan,kemudian juru Ilo yang menyanyikan dari bacaan tersebut dengan lagu pupuh 17 (KSAD) satu persatu.Kostum biasanya memakai baju kampret atau takwa,sarung/celana panjang,kopeah/iket,karena naskah wawacan panjang biasanya membawa buku /naskah wawacan.

Yang menarik dari pertunjukan Beluk adalah di mana para juru Ilo menyajikan dengan suara yang keras dan panjang,sehingga menambah suasana yang khas pedesaan yang penuh dengan keakraban dan harmoni dengan lingkungan alam nya.Beluk adalah salah  satu jenis kesenian rakyat yang tumbuh di Kabupaten Bandung yang sampai saat ini masih ada beberapa gelintir orang yang peduli terhadap keberadaan kesenian Beluk. sumber : www.bandungkab.go.id klik disini