Sabtu, 19 November 2011

"Menyundakan" Orang Sunda

Bandung (PBS) - Kenangan terhadap dongeng berbahasa Sunda “Purnama Alam” yang sering diceritakan orang tuanya sesaat sebelum magrib, menggerakkan Mamat Sasmita, 60,untuk ikut melestarikan literatur berbahasa Sunda. 

Sejak Februari 2004,dia resmi mengubah salah satu bagian rumahnya menjadi perpustakaan umum. Rumah Baca Buku Sunda Jeung Sajabana,begitu tulisan yang tergantung pada papan di depan rumahnya Jalan Margawangi VII No 5, Margacinta,Kota Bandung. Berawal dari kecintaannya mengoleksi buku sejak 1980, hingga kini sekitar 8.000 judul buku telah memenuhi rak-rak buku di dalam bekas ruang tamunya. Terdapat 3.000 buku berbahasa Sunda dan sisanya menggunakan bahasa Indonesia,Belanda,Jerman, dan Inggris. 



Dari ribuan koleksinya, Kamus Basa Sunda-Inggris karya Jonathan Rigg adalah buku yang paling tua. Buku terbitan 1862 itu dia dapatkan di lapak buku Cihaurgeulis,Kota Bandung.Mamat memang biasa membeli buku-buku di seputaran lapak-lapak buku di sekitar Kota Bandung. Wa Sas (panggilan akrabnya) tidak memungut biaya sepeser pun bagi pengunjung yang ingin membawa pulang bukunya untuk dipinjam. Menurut dia,hal tersebut dikembalikan lagi kepada tanggung jawab peminjam itu sendiri. Bahkan,pernah ada kejadian buku-bukunya yang dipinjam baru kembali setelah dua tahun.

Wa Sas juga tak membatasi jumlah dan waktu peminjaman buku.“Minggu kemarin ada yang pinjam 19 buku berbahasa Sunda. Biasanya buat penelitian mahasiswa,” katanya kepada SINDO. Di saat perpustakaan lain tampil dengan koleksi literatur populer,Wa Sas mengedepankan koleksi buku bahasa Sundanya untuk dimanfaatkan masyarakat umum. Sebelum menjadi Rumah Baca,buku buku koleksi Wa Sas hanya dimanfaatkan sebagai perpustakaan keluarga saja. 

Namun,karena aktivitasnya di milis KUSnet (Komunitas Urang Sunda di Internet),Wa Sas mendapati kesimpulan bahwa literatur Sunda masih memiliki peminat. “Tidak banyak sihyang datang ke sini. Rata-rata sehari satu orang yang datang. Kadang kadang datang berombongan” ujarnya. Minimnya kesadaran terhadap literatur Sunda menjadikan Rumah Baca Buku Sunda sebagai salah satu media dalam mengenalkan bahasa Sunda kepada generasi sekarang,termasuk orang Sunda. 

Keoptimisannya terhadap bahasa ibunya tersebut sangatlah tinggi. Menurut pria pensiunan PT Telkom ini,bahasa Sunda akan terus mengikuti jaman. Perkembangan itu tidak akan berhenti begitu saja. “Mungkin bukan hanya bahasa Sunda.Di manapun daerahnya, sedikit demi sedikit akan ada kesadaran pemakaian bahasa lokal. Selain itu,kesadaran akan kearifan lokal akan terus berkembang,salah satunya adalah dengan memahami bahasa ibu.

Sumber : http://seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/444119/
foto : dok.ist http://rumahbacakusunda/blogspot.com